Pengertian IQ, EQ, dan SQ
Kecerdasan ialah istilah umum yang digunakan untuk
menjelaskan sifat pikiran yang mencakup sejumlah kemampuan, seperti kemampuan
menalar, merencanakan, memecahkan masalah, berpikir abstrak, memahami gagasan,
menggunakan bahasa, dan belajar.
Kecerdasan biasanya merujuk pada kemampuan atau kapasitas mental dalam
berpikir, namun belum terdapat definisi yang memuaskan mengenai kecerdasan.
Stenberg & Slater (1982) mendefinisikannya sebagai tindakan
atau pemikiran yang bertujuan dan adaptif.
Saat ini cukup popular tentang tiga kecerdasan manusia,
yaitu Kecerdasan Intelektual, Kecerdasan Emosional, dan Kecerdasan Spiritual.
1.
Intellgence Quotient (IQ)
adalah ukuran
kemampuan intelektual, analisis, logika, dan rasio seseorang. Dengan demikian, hal ini berkaitan
dengan keterampilan berbicara, kesadaran akan ruang, kesadaran akan sesuatu
yang tampak, dan penguasaan matematika. IQ mengukur kecepatan kita untuk
mempelajari hal-hal baru, memusatkan perhatian pada aneka tugas dan latihan,
menyimpan dan mengingat kembali informasi objektif, terlibat dalam proses
berpikir, bekerja dengan angka, berpikir abstrak dan analitis, serta memecahkan
permasalahan dan menerapkan pengetahuan yang telah ada sebelumnya. Jika IQ kita
tinggi, kita memiliki modal yang sangat baik untuk lulus dari semua jenis ujian
dengan gemilang, dan meraih nilai yang tinggi dalam uji IQ.
2. Emotional Quotient (EQ) mempunyai dua arah dan dua dimensi, arah ke dalam
(personal) berarti sebuah kesadaran diri (self
awareness), penerimaan diri (self
acceptance), dan hormat diri (self
respect), dan penguasaan diri (self
mastery) dan arah keluar (interpersonal)
berarti kemampuan memahami orang (to
understand others), menerima orang (to
accept others), mempercayai orang (to
trust others), dan mempengaruhi orang (to
influence others).
3.
Spiritual Quotient (SQ) intinya adalah transendensi, yaitu proses penyeberangan,
pelampauan, penembusan makna yang lazim, khususnya dari wilayah material ke
wilayah spiritual, dan dari bentuk yang kasar ke bentuk yang sublime. Dalam hal
ini hidup bukan semata-mata untuk memperoleh materi semata akan tetapi harus
betul-betul dihayati sebagai serangkaian amal bagi sesama manusia dan beribadah
kepada Tuhan. Sehingga tidak cukup jika kita hanya mengandalkan kecerdasan
intelegensi dan emosional saja. Mempertebal iman dan taqwa kita akan membangun
budi dan akhlak mulia sehingga segala sesuatu yang kita lakukan semata-mata
mohon perkenan dan ridho Tuhan, sehingga apa yang kita kerjakan akan terasa
bermakna, nikmat, dan kita lakukan penuh dengan suka cita, tanpa keterpaksaan
belaka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar